Jenis bahan yang bisa dijadikan sebagai pengawet alami sangat beragam
jenisnya antara lain :
1.
Garam
Garam yang kemudian dibuat larutan , dan dimasukkan
ke dalam jaringan diyakini mampu menghambat pertumbuhan aktivitas bakteri
penyebab pembusukan, sehingga makanan tersebut jadi lebih awet. Prosesnya biasa
disebut dengan pengasinan (curing) atau penggaraman. Pengawetan dengan garam
ini memungkinkan daya simpan yang lebih lama dibandingkan dengan produk
segarnya yang hanya bisa bertahan selama beberapa hari atau jam. Contohnya ikan
yang hanya tahan beberapa hari, bila diasinkan dapat tahan selama berminggu –
minggu. Tentu saja prosedur pengawetan ini memerlukan perhatian karena konsumsi
garam secara berlebuhan bisa memicu penyakit darah tinggi.
2.
Karagenan
Keragenan adalah bahan alami pembentuk gel yang
dapat digunakan untuk mengenyalkan bakso dan mie basah sebagai bahan alternatif
yang aman pengganti borax. Karagenan dihasilkan dari rumput laut Euchema sp
yang telah dibudidayakan di berbagai perairan Indonesia. Dijelaskannya bahwa
setiap 1 kilogram bakso membutuhkan 0,5 - 1,5 gram karagenan untuk
mengenyalkannya. Di pasaran 0,5 - 1,5 gram
karagenan dijual dengan harga Rp750 sampai Rp900. Karagenan dalam industri
sering dijadikan bahan campuran kosmetik, obat-obatan, es krim, susu, kue, roti
dan berbagai produk makanan
3.
Buah Picung
Pohon picung atau kluwak (jawa) banyak tersebar di seluruh nusantara.
Selain sebagai bumbu masak dapur, biji buah picung juga bisa dimanfaatkan
sebagai pengawet alami ikan segar. Kombinasi 2 % biji buah picung dan 2% garam
dari total berat ikan telah mampu mengawetkan ikan kembung segar selama 6 hari
tanpa merubah mutu.
Normalnya, ikan kembung segar yang disimpan di suhu kamar tanpa penambahan
picung atau es hanya bisa bertahan 6 jam. Lebih dari itu, ikan tersebut akan
busuk dan rusak. Hasil penelitian R.A Hangesti Emi Widyasari, mahasiswa S2
Program Studi Teknologi Kelautan Sekolah Pasca Sarjana IPB ini merupakan
terobosan dalam mengatasi kesulitan pemerolehan dan menekan harga es batu.
Disamping menghindari penggunaan larutan formalin yang berbahaya bagi kesehatan
manusia.
Seorang nelayan untuk mempertahankan mutu ikan hasil tangkapannya membutuhkan
es batu minimal 1 :1 berat ikan segar. Bila ikan yang ditangkap 50 kg, maka
nelayan membutuhkan es batu minimal 50 kg pula. Namun dengan memanfaatkan
cacahan biji buah picung, nelayan hanya membutuhkan 1 kg cacahan biji buah
picung untuk 50 kg ikan segar
4.
Biji Kepayang
Pohon tanaman ini memiliki tinggi hingga 40 m dengan diameter batang 2,5 m.
Jika melihat uraian diatas, maka dapat dikatakan tanaman ini tumbuh
tersebar luas hampir di seluruh Nusantara. Kepayang mulai berbuah
di awal musim hujan pada umur 15 tahun dengan jumlah 300 biji di
setiap pohonnya .
Tanaman ini telah lama digunakan sebagai bahan pengawet ikan. Untuk dapat
memanfaatkannya sebagai pengawet, biji dicincang halus dan dijemur selama 2-3
hari. Hasil cincangan tanaman ini kemudian dimasukkan ke dalam perut lkan laut
yang telah dibersihkan isi perutnya. Cincangan biji Kepayang memiliki
efektivitas sebagai pengawet ikan hingga 6 hari . Khusus untuk pengangkutan
jarak jauh, tanaman ini dicampur garam, dengan perbandingan 1 bagian garam dan
3 bagian biji Kepayang.
5.
Gambir
Tanaman gambir (Uncariae Romulus et Uncus)
di Indonesia daun dan getahnya digunakan untuk bahan kelengkapan untuk
menyirih. Tanaman yang termasuk keluarga Rubiaceae ini juga
sering digunakan untuk obat luka bakar, sakit kepala, diare, disentri, sariawan,
dan sakit kulit, serta bahan penyamak kulit dan bahan pewarna tekstil.
Secara alami para produsen makanan sering
menggunakan tanaman yang daunnya berbentuk bujur sangkar dengan permukaan licin
ini untuk pengawet makanan. Pasalnya, dalam daun ini terdapat sebuah kandungan
katekin yang dapat mengawetkan makanan dari kerusakan akibat mikroorganisme dan
degradasi reaksi oksidasi (penyebab basi).
6.
Kitosan
Kitosan dihasilkan dari chitin dan mempunyai struktur kimia yang sama
dengan kitin, terdiri dari rantai molekul yang panjang dan berat molekul yang
tinggi. Perbedaan antara kitin dan kitosan adalah pada setiap cincin
molekul kitin terdapat gugus asetil (-CH3-CO) pada atom karbon
kedua, sedangkan pada kitosan terdapat gugus amina (-NH). Kitosan dapat dihasilkan
dari kitin melalui proses deasetilasi yaitu dengan cara direaksikan dengan
menggunakan alkali konsentrasi tinggi dengan waktu yang relatif lama dan suhu
tinggi.
Chitosan adalah biopolimer yang mempunyai keunikan yaitu dalam larutan
asam, kitosan memiliki karakteristik kation dan bermuatan positif, sedangkan
dalam larutan alkali, kitosan akan mengendap. Indikator parameter daya awet
chitosan :
· Keefektifan
dalam mengurangi jumlah lalat yang hinggap.
Pada
konsentrasi chitosan 1,5 % dapat mengurangi jumlah lalat secara significant.
· Pada uji
mutu hedonik penampakan dan rasa ditunjukkan bahwa penampakan ikan asin dengan
coating chitosan lebih baik bila dibandingkan dengan ikan asin kontrol (tanpa
formalin dan chitosan) dan ikan asin dengan formalin. Coating chitosan pada
ikan cucut asin memberikan rasa yang lebih baik dibanding dengan kontrol (tanpa
formalin dan chitosan) dan perlakuan formalin.
· Keefektifan
dalam menghambat pertumbuhan bakteri dimana pada pengujian diperlihatkan hasil
bahwa nilai TPC (bakteri) sampai pada minggu kedelapan pelapisan chitosan,
masih sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia) ikan asin yakni dibawah 1
x !0 5 koloni per gram. Kemampuan dalam menekan
pertumbuhan bakteri disebabkan chitosan memiliki polikation yang bermuatan
positif yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang.
· Kadar air
pada perlakuan dengan pelapisan chitosan sampai 8 minggu menunjukan kemampuan
chitosan dalam mengikat air, karena sifat hidrofobik sehingga dengan sifat ini
akan menjadi daya tarik pada pengolah ikan asin dalam aspek ekonomi.
7.
Air Ki
Air ki merupakan salah satu bahan perngawet alami yang
menggunakan bahan dasar jerami. Cara penggunaannya cukup sederhana. Jerami
dibakar hingga menjadi abu, lalu abu jerami dimasukkan ke dalam wadah yang
diberi air dan rendam sekitar 1 sampai 2 jam. Selanjutnya disaring sehingga
sisa pembakaran jerami tidak bercampur dengan air. Air sisa pembakaran jerami
inilah yang disebut air ki. Air ki mengandung antiseptik yang dapat membunuh kuman,
dengan pemberian air ki, makanan dapat bertahan lebih lama, seperti pada mi
basah yang mampu bertahan sampai dua hari. (Ida Soeid, 2006)
8. Kunyit
Bahan pengawet makanan alami yang lain adalah kunyit. Kunyit dapat
digunakan sebagai pengawet makanan karena berfungsi sebagai antibiotik,
antioksidan, antibakteri, anti radang dan antikanker. Di samping itu kunyit
juga berfungsi sebagai pewarna alami, seperti yang biasa digunakan pada tahu.
Kunyit basah kandungan utamanya adalah kurkuminoid 3-5 %, sedangkan pada kunyit
ekstrak, kandungan kurkuminoid mencapai 40-50%. Untuk penggunaan kunyit
disarankan agar tidak melalui pemanasan, terkena cahaya dan lingkungan yang basah.
Sebaiknya kunyit ditumbuk, digiling dan diperas airnya.